Wawan Harmawan: Usaha Mikro Kecil Membutuhkan Dukungan Pemasaran

oleh -287 Dilihat
Wawan Harmawan berdiskusi dengan pelaku usaha mikro kecil (UMK)

JOGJA, bisnisjogja.id – Paguyuban Usaha Mikro Kecil (PUMK) Kampung Suryoputran, Panembahan, Kraton, Yogyakarta kembali menyelenggarakan  pertemuan  bulanan (Minggu, 21/07/24). Pertemuan yang dihadiri sekitar 50 peserta tersebut diselenggarakan di Rumah Suryoputran. Hadir selaku narasumber Wawan Harmawan (Wakil Ketua KADIN DIY), aktivis pembina UMKM di Kota Yogyakarta. Bertindak selaku moderator Suharyanto “Bento” (Koordinator PUMK Kampung Suryoputran).

Banyak pihak menyatakan masalah pokok yang dihadapi Usaha Mikro Kecil (UMK) adalah permodalan. Pernyataan tersebut tidak salah, namun dalam berbagai survei permasalah utama UMK adalah pemasaran baru diikuti oleh permodalan dan masalah lainnya. “Banyak UMK yang saya temui menyatakan masalah pokok yang dihadapi adalah pemasaran produk”, ungkap Wawan Harmawan.

Menurut Wawan, banyak UMK  yang mampu memproduksi dengan kemampuan modal yang dimiliki namun kesulitan dalam memasarkan serta menjual produknya. Kemampuan berproduksi UMK secara umum tidak diikuti dengan kemampuan menjual dan memasarkan produk yang dihasilkan.

Berkaitan dengan hal tersebut, UMK harus berani belajar dan mencoba menerapkan strategi pemasaran yang non-konvensional. Selam ini UMK cenderung menerapan strategi atau cara menjual dan memasarkan secara konvensional. Strategi termaksud dengan cara menjual sendiri baik dirumah maupun di pasar, menitipkan di warung atau toko kecil dan menyebar brosur.

Agar penjualan dan pemasaran UMK yang lebih baik, maka diperlukan beberapa strategi pemasaran. Menurut Wawan Harmawan, berikut strategi termaksud: (1) perkuat nama merk bisnis (branding).  (2) Pelajari banyaknya competitor atau pesaing. (3) Aktif dalam berpromosi. (4) Pengembangan pemasaran melalui e-commerce. (5) Pelajari kebiasaan konsumen. Selanjutnya Wawan juga memahami untuk belajar dan menerapkan strategi pemasaran, UMK harus mendapat dukungan pemangku kepentingan (Pemkot Yogyakarta, KADIN DIY/KADIN Kota Yogyakarta, Perbankan, Perguruan Tinggi, dan Media).

Khusus untuk pemasaran digital maka UMK harus mulai belajar untuk menerapkannya. “UMK dapat mengoptimalkan penggunaan smartphone yang dimiliki untuk mulai belajar pemasaran digital”, harap Wawan yang juga pengusaha kuliner dan eksportir produk kulit. Agar terjadi percepatan belajar penjualan dengan teknologi digital, mereka harus dilatih dan didampingi oleh Dinas terkait. Selanjutnya Dinas termaksud dapat melibatkan perguruan tinggi (PTN/PTS) melalui program Adbimas (Pengabdian Masyarakat), KKN (Kuliah Kerja Nyata) atau MBKM (Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka).

Wawan Harmawan menyampaikan materi

JOGJA, bisnisjogja.id – Paguyuban Usaha Mikro Kecil (PUMK) Kampung Suryoputran, Panembahan, Kraton, Yogyakarta kembali menyelenggarakan pertemuan bulanan (Minggu, 21/07/24). Pertemuan yang dihadiri sekitar 50 peserta tersebut diselenggarakan di Rumah Suryoputran.

Hadir selaku narasumber Wawan Harmawan (Wakil Ketua Kadin DIY), aktivis pembina UMKM di Kota Yogyakarta. Bertindak selaku moderator Suharyanto “Bento” (Koordinator PUMK Kampung Suryoputran).

Banyak pihak menyatakan masalah pokok yang dihadapi Usaha Mikro Kecil (UMK) adalah permodalan. Pernyataan tersebut tidak salah, namun dalam berbagai survei permasalah utama UMK adalah pemasaran baru diikuti oleh permodalan dan masalah lainnya.

”Banyak UMK yang saya temui menyatakan masalah pokok yang dihadapi adalah pemasaran produk,” ungkap Wawan.

Menurutnya, banyak UMK yang mampu memproduksi dengan kemampuan modal yang dimiliki namun kesulitan dalam memasarkan serta menjual produknya. Kemampuan berproduksi UMK secara umum tidak diikuti dengan kemampuan menjual dan memasarkan produk yang dihasilkan.

Berani Belajar

Ia memberi saran UMK harus berani belajar dan mencoba menerapkan strategi pemasaran yang non-konvensional. Selama ini UMK cenderung menerapan strategi atau cara menjual dan memasarkan secara konvensional. Strategi termaksud dengan cara menjual sendiri baik dirumah maupun di pasar, menitipkan di warung atau toko kecil dan menyebar brosur.

Agar penjualan dan pemasaran UMK yang lebih baik, perlu beberapa strategi pemasaran. Menurut Wawan berikut strategi termaksud yakni perkuat nama merk bisnis (branding), pelajari banyaknya competitor atau pesaing, aktif dalam berpromosi. Selain itu, kembangkan pemasaran melalui e-commerce dan pelajari kebiasaan konsumen.

Selanjutnya Wawan juga memahami untuk belajar dan menerapkan strategi pemasaran, UMK harus mendapat dukungan pemangku kepentingan (Pemkot Yogyakarta, Kadin, perbankan, perguruan tinggi, dan media.

”Khusus untuk pemasaran digital, UMK harus mulai belajar untuk menerapkannya. Mereka dapat mengoptimalkan penggunaan smartphone untuk mulai belajar pemasaran digital,” pinta Wawan yang juga pengusaha kuliner dan eksportir produk kulit.

Tak kalah penting, agar terjadi percepatan belajar penjualan dengan teknologi digital, mereka harus dilatih dan didampingi oleh dinas terkait.Dinas termaksud dapat melibatkan perguruan tinggi (PTN/PTS) melalui program Adbimas (Pengabdian Masyarakat), KKN (Kuliah Kerja Nyata) atau MBKM (Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka).

”Mayoritas anggota PUMK Kampung Suryoputran adalah produsen makanan snack atau jajan pasar,” jelas Suharyanto “Bento”.

Menurut Suharyanto, omzet usaha mereka per hari juga bervariasi antara Rp 10.000,00 per hari sampai Rp 500.000,00 per hari. Ia juga mengamini pendapat Wawan bahwa masalah pemasaran menjadi hambatan utama dalam pengembangan usaha. Berkaitan dengan dengan hal tersebut, dukungan pemasaran dan juga pemodalan diperlukan untuk mendukung keberlanjutan usaha anggota PUMK Kampung Suryoputran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.