,

Aloysius Gunadi Brata Bahas Destruktif Kreatif dalam Dinamisme Ekonomi

oleh -558 Dilihat
GURU BESAR: Prof Aloysius Gunadi Brata SE MSi PhD berfoto bersama Senat Universitas usai pengukuhannya sebagai guru besar ekonomi pembangunan.(Foto: istimewa)

JOGJA, bisnisjogja.id – Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menambah guru besar. Kali ini Prof Aloysius Gunadi Brata SE MSi PhD menjadi guru besar ekonomi pembangunan. Ia membahas ”Menakar Kuasa Destruksi Kreatif (Dalam Dinamisme Ekonomi)” pada pidato pengukuhannya.

Ia memberi gambaran, contoh destruksi kreatif (creative destruction) dari cover buku yang disobek. Buku tersebut tampak menjadi rusak. Namun demikian, di sisi lain sobekan cover tersebut juga dapat menimbulkan manfaat.

”Teori destruksi kreatif Schumpeter (1947) menggambarkan suatu proses di mana inovasi dan teknologi baru membongkar struktur yang ada dan melahirkan struktur yang baru. Proses inilah yang secara terus-menerus melahirkan kemajuan dan menjadi fakta penting kapitalisme,” ungkap Gunadi yang menyampaikan pidato pada Kamis (11/7/2024).

Destruksi menurutnya tidaklah selalu sekadar destruksi, tetapi justru dapat memberikan sesuatu yang lebih baru dan maju, ada dinamisme. Proses tersebut dapat berlangsung terus-menerus,seperti sebuah siklus, yang menghasilkan kemajuan dinamis.

Awas dan Jeli

Mengenai destruksi kreatif, ia menjelaskan, tidaklah sesederhana hanya menekankan inovasi ataupun teknologi baru demi dinamisme ekonomi, terlebih untuk pertumbuhan ekonomi belaka.

”Ketimpangan, keterbatasan daya dukung lingkungan, dan segala macam bentuk neraka modern bisa seketika hadir di tengah kita bila destruksi kreatif diterima begitu saja tanpa menengok lebih dalam asal-usul, kepentingan, dan dampak-dampak negatifnya,” tandas pria kelahiran Baturaja, Sumatera Selatan, tersebut.

Karena itu, ia mengingatkan hendaknya semua pihak awas dan jeli terhadap sisi destruktif dari destruksi kreatif. Ia tak ingin masyarakat menerma begitu saja tanpa melihat dari sisi kritis.

”Tentu ada pertanyaan penting, apakah ada kemampuan dan kemauan untuk menjinakkan ”Badai Schumpeter” agar kesejahteraan sebagian besar manusia tidak kian tertinggal atau ditinggalkan oleh dinamisme ekonomi yang digerakkan oleh inovasi,” imbuhnya.

Ia menilai tidak ada jawaban yang tuntas dan tunggal untuk isu tersebut. Kendati demikian, ia menyampaikan harusnya ada perubahan yang transformatif, dan tidak membebani terutama kelompok yang selama ini masih terjebak dalam perangkap hidup kelas nan rentan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.