Transformasi Industri Peternakan, Jangan Sampai Merusak Lingkungan

oleh -5 Dilihat
INOVASI FAPET: Narasumber dari Fakultas Peternakan UGM memaparkan berbagai inovasi terkait industri peternakan.(Foto: istimewa)

 

  • Dunia menuntut industri peternakan tidak hanya fokus pada peningkatan produktivitas, tetapi juga pada aspek efisiensi, kesejahteraan hewan, dan penurunan jejak karbon (carbon foot print).
  • Peran riset dan inovasi perguruan tinggi menjadi sangat penting. Fakultas Peternakan UGM menghadirkan berbagai solusi inovasi dan teknologi berbasis sains, yang diharapkan dapat menjadi jawaban atas tantangan keberlanjutan.

 

JOGJA, bisnisjogja.id – Ketergantungan impor bahan baku pakan, penggunaan antibiotik yang berlebihan, kontaminasi mikotoksin, hingga meningkatnya emisi gas rumah kaca (greenhouse gas) dan emisi amonia menjadi isu yang memerlukan penanganan serius.

Hal ini terungkap dalam diskusi ”Fapet Menyapa” bersama Laboratorium Biokimia Nutrisi Fakultas Peternakan (Fapet) UGM. Hadir sebagai narasumber, Prof Chusnul Hanim (Kepala Laboratorium), Dr Asih Kurniawati, Muhlisin PhD dan Dr Muhsin Al Anas.

Mereka menyatakan industri peternakan merupakan salah satu pilar penting dalam penyediaan pangan asal ternak terutama protein hewani yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Permintaan pangan asal ternak semakin meningkat sehingga memacu industri peternakan untuk erkembang lebih pesat. Namun demikian, perkembangan pesat industri ini juga membawa sejumlah tantangan.

Hanim menjelaskan, tekanan global pada keberlanjutan lingkungan semakin kuat. Dunia menuntut industri peternakan tidak hanya fokus pada peningkatan produktivitas, tetapi juga pada aspek efisiensi, kesejahteraan hewan, dan penurunan jejak karbon (carbon foot print).

”Jika tidak segera bertransformasi, peternakan dikhawatirkan menjadi salah satu penyumbang besar terhadap degradasi lingkungan dan krisis pangan di masa depan,” tandasnya.

Peran Kampus

Hamin menekankan peran riset dan inovasi perguruan tinggi menjadi sangat penting. Fakultas Peternakan menghadirkan berbagai solusi inovasi dan teknologi berbasis sains, yang diharapkan dapat menjadi jawaban atas tantangan tersebut.

Inovasi yang ditampilkan bukan hanya sebatas penelitian di laboratorium, tetapi juga teknologi yang siap mendukung industri peternakan berkelanjutan, sekaligus memperkuat kemandirian bangsa dalam produksi pakan dan pangan asal ternak.

Beberapa inovasi antara lain Probiotik Lactobacillus plantarum BN21, Mineral Herbal untuk Unggas, Suplemen Pakan Pronisblok+, Toxin Binder untuk Penurunan Aflatoksin (senyawa beracun pada ternak), Pakan Unggas Rendah Protein, Suplemen Pakan Berbasis Minyak Maggot, dan Methane Chamber untuk Penelitian Gas Rumah Kaca.

Menurut Asih, menambahkan untuk Probiotik Lactobacillus plantarum BN21 merupakan hasil isolasi dan pengembangan probiotik unggul yang mampu meningkatkan kesehatan usus ayam serta meningkatkan efisiensi pakan.

”Probiotik tersebut berfungsi menyeimbangkan mikrobiota usus, menurunkan risiko penyakit, sekaligus mendukung pengurangan penggunaan antibiotik,” jelasnya.

Mineral Herbal

Ia memaparkan, untuk mineral herbal unggas adalah formulasi mineral berbasis bahan herbal yang tidak hanya mencukupi kebutuhan nutrien mikro, tetapi juga memberikan manfaat imunomodulator. Inovasi ini berperan meningkatkan performa unggas dengan pendekatan alami dan ramah lingkungan.

Muhlisin menjelaskan suplemen pakan Pronisblok+. Pronisblok+ adalah suplemen praktis dalam bentuk blok untuk ternak ruminansia yang dirancang memudahkan peternak sekaligus memastikan asupan mineral selalu tercukupi.

Teknologi tersebut mendukung kesehatan, reproduksi, dan produktivitas ternak dengan cara yang sederhana namun efektif.

Tim laboratorium Biokimia Nutrisi juga memaparkan tentang Toxin Binder untuk Penurunan Aflatoksin (senyawa beracun pada ternak) serta pakan unggas rendah protein.

Muhsin juga menambahkan suplemen pakan berbasis minyak maggot. Produk ini turunan dari black soldier fly larvae (BSFL) yang berfungsi sebagai sumber energi, kaya asam lemak laurat, sekaligus memiliki efek imunostimulan.

Ada pula Methane Chamber, instrumen riset canggih yang digunakan untuk mengukur emisi metana dari ternak, khususnya ruminansia.

Teknologi itu menjadi fondasi penting dalam penelitian mitigasi emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan, sehingga hasil penelitian dapat diarahkan pada solusi konkret bagi isu iklim global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.