UMKM Tenun Bali Go Digital, Go Export!

oleh -11 Dilihat
KAIN TENUN: Salah satu tahapan proses pembuatan kain tenun Bali.(Foto: Y Sri Susilo)

 

  • ”Dengan dukungan dan bantuan Bank Indonesia serta pihak lain maka usaha kami dapat berkembang,” ungkap Dwipayani, pemilik ”Bali Agung Collection”.
  • Korporatisasi UMKM oleh BI adalah strategi untuk memperkuat UMKM dengan membentuk mereka menjadi badan usaha atau kelompok usaha yang lebih besar dan profesional.

 

BALI, bisnisjogja.id – Departemen Komunikasi Bank Indonesia (Dekom BI) kembali menyelenggarakan Focused Group Discussion (FGD) bagi akademisi dan peneliti. Kegiatan tersebut diikuti 58 peserta dan berlangsung di Kuta, Bali.

Hari pertama kegiatan seluruh peserta mengunjungi industri kian tenun ”Agung Bali Collection” yang berlokasi di Jehem, Tembuku, Kabupaten Bangli, Bali, Rabu (2/9/2025).

Seperti diketahui, industri kain tenun Indonesia adalah sektor kerajinan tekstil yang memproduksi kain tradisional dengan berbagai teknik dan motif, seperti tenun ikat, tenun songket, dan tenun ulos, yang tersebar di beberapa daerah.

Industri ini merupakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja dan pengembangan ekonomi lokal.

Indonesia terkenal dengan beragam jenis kain tenun yang memiliki keunikan motif dan tekniknya. Ragam jenis kain yakni Tenun Songket yaitu kain mewah yang dihiasi benang emas atau perak, dikenal di Palembang dan daerah lain.

Tenun Ikat adalah salah satu jenis tenun paling populer yang populer karena teknik pengikatannya yang khas, dikenal di Klaten, Jawa Tengah.

Tenun Ulos yaitu kain tenun tradisional dari daerah Samosir dan sekitarnya di Sumatra. Tenun Sutra Mandar adalah tenun sutra yang berasal dari etnis Mandar di Polewali Mandar. Tenun Endek adalah kain tenun tradisional khas Bali dan juga menjaga kelestarian lingkungan.

Tenun Endek

”Produk kami merupakan kain Tenun Endek yang merupakan produk tradisoonal khas Bali,” jelas Ketua kelompok Tenun Agung Bali, AA Indra Dwipayani.

Menurut Dwipayani, kelompoknya bergerak dalam bidang pelestari dan pengembangan Tenun Endek Bali.
Tujuannya sebagai salah satu upaya untuk pelestarian budaya warisan nenek moyang, serta pemberdayaan masyarakat sekitar, sehingga bisa menjadi lebih produktif dan mampu turut serta dalam menggerakan perekonomian masyarakat.

Pemilik dan pengelola “Bali Agung Collection” AA Indra Dwipayani.(Foto: Y Sri Susilo)

Tenun Agung Bali berdiri pada tahun 2015 dengan brand ”Agung Bali Collection”. Selanjutnya Dwipayani menjelaskan usahanya bergerak dibidang inovasi dan pengembangan desain tenun ikat pakan atau kain Endek dengan tehnik ikat, air brush dan surface design Endek (penambahan ornamen di atas permukaan Endek).

Juga diproduksi beragam jenis produk turunan berupa pakaian, aksesoris, hingga dekorasi rumah dengan berbahan dasar Tenun Endek Bali.

”Dengan dukungan dan bantuan Bank Indonesia serta pihak lain maka usaha kami dapat berkembang,” ungkap Dwipayani yang juga pemilik ”Bali Agung Collection”.

Dukungan dan bantuan BI termaksud berupa pelatihan, pendampingan, bantuan peralatan produksi, dan kesempatan untuk mengikuti berbagai event pameran di dalam dan luar negeri, termasuk pada Karya Kreatif Indonesia (KKI).

Berbagai inovasi dukungan BI tersebut fokus menuju ”go digital” dan ”go export”. Di samping itu prinsip korporatisasi juga diterapkan oleh BI untuk memperkuat UMKM.

Perkuat UMKM

Korporatisasi UMKM oleh BI adalah strategi untuk memperkuat UMKM dengan membentuk mereka menjadi badan usaha atau kelompok usaha yang lebih besar dan profesional, seperti membentuk klaster atau koperasi, agar dapat mencapai skala ekonomi (economies of scale).

Tujuan korporatisasi meningkatkan daya saing, memperluas akses pasar, dan memudahkan akses pembiayaan sehingga UMKM dapat naik kelas menjadi usaha profesional dan berdaya saing di pasar domestik dan global.

Usaha kain tenun ”Bali Agung Collection” sudah mampu pada tahapan go digital dan go export. Hal tersebut terbukti, mayoritas pemasaran produk dilakukan melalui pemasaran digital /penjualan online, termasuk melalui market place. Di samping itu, produknya juga mampu menembus pasar ekspor di beberapa negara. Harga produknya mulai Rp 180.000 sampai dengan Rp 10.000.000.

Setelah mengunjungi dan berdiskusi seluruh peserta mengunjungi Alas Harum di Kawasan Ubud, Tegallalang, Kabupaten Gianyar.

Alas Harum menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan dan udara segar yang menyegarkan. Tempat tersebut juga menawarkan berbagai aktivitas menarik bagi pengunjungnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.