Krisis Bahan Baku, Perajin Kotagede Lebur Perak Lawasan

oleh -61 Dilihat
PERAK: Pengusaha perak dan pemilik Salim Silver Jewelry, Priyo Salim.(Foto: Yuliantoro)

 

  • Krisis bahan baku perak murni (acir) kini mencapai titik paling genting di Kotagede, Yogyakarta.
  • Banyak perajin yang mencairkan koleksi perak lawasan jadi bahan acir untuk melanjutkan produksi.
  • Perlu langkah cepat pemerintah untuk mengendalikan harga bahan baku dan melindungi industri perak tradisional.

 

JOGJA, bisnisjogja.id – Industri perak dalam kondisi yang tidak menggembirakan. Krisis bahan baku menjadikannya harga melambung tinggi, kini per gram mencapai Rp 29.100.

Para perajin perak menyebut krisis bahan baku perak murni (acir) kini mencapai titik paling genting di Kotagede, yang terkenal sebagai pusat industri perak.

Lonjakan harga membuat para pedagang bahan baku menahan stok karena takut merugi. Akibatnya, perajin kehilangan akses bahan produksi. Banyak pengusaha terpaksa melebur koleksi perak lama, bahkan karya seni bernilai sejarah, demi menjaga kelangsungan kerja para karyawan.

”Banyak perajin yang mencairkan koleksi perak jadi bahan acir untuk melanjutkan produksi. Kalau tidak begitu, karyawan tidak bisa bekerja, pesanan tidak bisa selesai,” ujar Priyo Salim, pengusaha perak Kotagede sekaligus pemilik Salim Silver Jewelry.

Ia mengungkapkan itu saat berbicara di hadapan Kepala Dinas Perindustrian Kota Yogyakarta dalam forum diskusi terbatas di Eks Tom’s Silver, Jalan Ngeksigondo, Kotagede, Rabu (23/10/2025).

Menurutnya, fenomena tersebut merupakan sinyal bahaya yang menandai bukan hanya krisis ekonomi, tapi juga kehancuran budaya. Setiap kali melebur karya lama, rasanya seperti menghancurkan sejarah.

”Ini bukan soal uang. Ini soal jiwa budaya yang lahir di Kotagede sejak masa Senopati,” ujar Priyo dengan nada getir.

Pasokan Macet

Ia menceritakan krisis bermula dari rantai pasok yang macet. Para pedagang bahan baku memilih menahan barang karena harga perak global berfluktuasi tajam dan pasokan sulit diperoleh.

Menurut Priyo, perajin di bawah lumpuh total. Ini lingkaran setan yang menghancurkan seluruh ekosistem budaya Kotagede.

PERAJIN: Sejumlah perajin perak di Salim Silver Jewelry.(Foto: Yuliantoro)

Dengan harga bahan baku yang kini mendekati Rp 30.000 per gram, biaya produksi perajin melonjak dua kali lipat dibanding awal tahun. Banyak pesanan terancam batal, dan bengkel-bengkel kecil mulai gulung tikar. Pilihan paling menyakitkan, melebur karya sendiri.

Seni ukir perak Kotagede bukan sekadar kerajinan, melainkan warisan peradaban. Sejak abad ke-16, para perajin di wilayah tersebut telah mewarisi filosofi manunggaling rasa lan karya, menyatunya rasa dan kerja dalam setiap ukiran. Kini, nilai luhur itu terancam lenyap di tengah bara tungku peleburan.

Di bengkel-bengkel tua, bros, cawan, miniatur masjid, dan perhiasan pusaka dilebur menjadi cairan logam. Dulu setiap ukiran punya makna dan doa. Sekarang semua dilebur jadi angka. Priyo khawatir generasi muda Kotagede kelak tak lagi mengenal seni ukir perak yang dulu menjadi kebanggaan daerah.

Langkah Cepat

Krisis bahan baku menyisakan pertanyaan besar, siapa yang bertanggung jawab atas hancurnya tatanan ekonomi dan budaya? Pemerintah yang lamban merespons gejolak harga? Atau sistem pasar yang membiarkan sektor budaya berjuang sendiri di tengah arus globalisasi?

Priyo menyerukan langkah cepat pemerintah untuk mengendalikan harga bahan baku dan melindungi industri perak tradisional. Ia mengungkapkan ketika situasi ini dibiarkan, perajin tidak hanya kehilangan pekerjaan, tapi juga kehilangan peradaban.

”Tragedi” perak Kotagede 2025 bukan sekadar kisah kenaikan harga logam mulia. Ia adalah cermin dari rapuhnya sistem yang membiarkan warisan adi luhung melebur bersama sejarahnya sendiri.

Jika tak segera diselamatkan, denting palu para pengrajin Kotagede akan tinggal kenangan, dan peradaban yang dulu berkilau kini akan tenggelam dalam cairan logam di dasar tungku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.