Munculkan Ide Baru, Kampus Perlu Membangun Entrepreneurial Ecosystem

oleh -28 Dilihat

 

  • Universitas Muhammadiyah Yogyakarta telah mencanangkan menjadi Entrepreneurial University. Konsep ini bukan hanya mengejar profit, melainkan membangun karakter wirausaha pada setiap lulusan agar berfokus pada creating value dan menemukan terobosan baru

 

JOGJA, bisnisjogja.id – Entrepreneurial Ecosystem adalah lingkungan yang menyediakan dukungan emosional (bagi yang gagal tetap dihargai), dukungan finansial (ada pihak yang berani mendanai), serta dukungan teknis dan pemasaran.

Ekosistem itulah yang sekarang berkembang di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, menjadikan sivitas akademika dapat membangun karakter wirausaha.

”Dengan ekosistem ini, UMY ingin melahirkan ide-ide baru, bisnis baru, dan kader-kader baru yang relevan dengan perkembangan zaman. Inilah yang membuat Muhammadiyah terus berkembang, karena selalu mengaktualisasikan nilai sesuai konteks zamannya,” papar Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY, Rudy Suryanto PhD.

Ia menjelaskan, UMY telah mencanangkan menjadi Entrepreneurial University. Konsep ini bukan hanya mengejar profit, melainkan membangun karakter wirausaha pada setiap lulusan agar berfokus pada creating value dan menemukan terobosan baru.

Hal itu sejalan dengan prinsip Muhammadiyah yang selalu menekankan semangat berkemajuan, yakni menjadi solusi atas masalah sesuai tantangan zaman.

Jadi Wirausaha

Saat ini, menurut Rudy yang juga Managing Director Syncore Consulting, salah satu tantangan terbesar adalah pengangguran, sehingga Muhammadiyah perlu mendorong kader-kadernya menjadi wirausahawan.

”Esensi bisnis adalah inovasi, yaitu mencari cara mengikuti perkembangan kebutuhan konsumen,” jelasnya mengutip pemikiran ekonom Peter Drucker.

Ia menambahkan definisi sukses seorang Muslim tidak seharusnya berhenti pada capaian ritual ibadah, tetapi juga mencakup keberhasilan materi dan kontribusi sosial. Setiap Muslim wajib menanamkan growth mindset serta menyadari peran ganda manusia sebagai abdullah (hamba Allah) dan Khalifah (pemimpin) di muka bumi.

”Ada orang yang percaya nasib sudah tetap, tapi ada juga yang yakin nasib bisa diubah dengan usaha. Itulah growth mindset. Kalau kita berpikir kaku, maka perjalanan hidup kita pun akan pasif dan terbatas,” jelas Rudy.

Ia memaparkan filosofi pentingnya menjadi kaya dan bermanfaat. Sebagai Abdullah, manusia wajib beribadah kepada Allah. Namun sebagai Khalifah, manusia juga bertugas memimpin, berinovasi, dan bekerja keras demi kemaslahatan umat.

“Setelah bisa mencukupi dirinya sendiri, seorang Muslim wajib menafkahi keluarganya. Ketika kebutuhan keluarga sudah tercukupi, barulah ia bisa memberi manfaat lebih luas ke masyarakat. Mustahil seseorang bisa memberi manfaat kalau dirinya sendiri masih menjadi beban,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.