Perlu Inovasi dan Transformasi, Gunakan Pewarna Alam untuk Batik

oleh -35 Dilihat
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X.(Foto: Humas Pemda DIY)

 

  • Semua pihak harus mendorong penggunaan pewarna alami yang ramah lingkungan, membangun aliansi strategis dengan pemasok bahan baku, mengadopsi teknologi modern tanpa kehilangan aura seni batik.
  • Apabila produksi, pemasaran, dan sistem pendukung berjalan sinergis, batik tidak hanya hadir sebagai warisan budaya, tetapi juga strategi nasional. Batik akan menjadi laboratorium inovasi sosial, ekonomi, dan budaya.

 

SLEMAN, bisnisjogja.id – Perlu inovasi agar batik tidak hanya lestari, tetapi juga relevan, dan berdaya saing di panggung global. Karena itu harus ada langkah-langkah transformatif pengembangan batik.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan hal itu pada Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2025 di The Kasultanan Ballroom, Royal Ambarrukmo Hotel.

”Kita perlu berani melompat dengan inovasi. Dalam produksi, langkah-langkah transformatif harus digerakkan, seperti mencipta produk baru, dan melakukan diversifikasi motif, agar batik tak stagnan, dan menjelma menjadi karya kontemporer yang menembus generasi-generasi,” ungkap Sultan.

Semua pihak harus mendorong penggunaan pewarna alami yang ramah lingkungan, membangun aliansi strategis dengan pemasok bahan baku, mengadopsi teknologi modern tanpa kehilangan aura seni batik. Tak ketinggalan menghadirkan training untuk melahirkan generasi baru perajin, yang adaptif sekaligus kreatif.

Ia mengatakan dalam pemasaran harus agresif mengekspansi ekosistem digital. Marketplace dan e-commerce merupakan jalan baru bagi batik.

Komunikasi dengan konsumen harus dipersonalisasi, sehingga setiap pembelian batik terasa seperti cultural movement. Eksposur di pameran internasional pun harus ditingkatkan, dah kolaborasi dengan eksportir diperdalam.

”Satu hal penting yang harus ditegaskan kepada publik, bahwa batik printing hanyalah produk industri, bukan craftsmanship bernilai filosofis,” tandas Sultan.

Bangun Fondasi

Menurut Sultan, wajib membangun fondasi ekosistem yang solid. Akses pembiayaan harus lebih inklusif, kolaborasi dengan lembaga keuangan diperkuat, dan yang tak kalah penting, pengembangan database batik nasional yang berbasis daring.

Ia menjelaskan, apabila produksi, pemasaran, dan sistem pendukung berjalan secara sinergis, batik tidak hanya hadir sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai strategi nasional. Batik akan menjadi laboratorium inovasi sosial, ekonomi, dan budaya.

”Ia adalah simponi identitas bangsa. Motif yang kita kenakan, adalah filosofi yang kita hidupi, dan pada saat yang sama, mesin penggerak kesejahteraan rakyat,” tegasnya.

Ketua Harian Dekranasda DIY, GKBRAA Paku Alam menambahkan JIBB merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan eksistensi dan konsekuensi setelah DIY pada tanggal 18 Oktober 2014 dinobatkan sebagai Jogja Kota Batik Dunia.

Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi antara Dekranasda DIY dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY serta stakeholder terkait.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.