YOGYAKARTA, bisnisjogja.id – Majalah InfoBank dan InfoBank Digital (PT Infobank Digital Inisiatif Asia) bekerjasama dengan Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FBE UAJY), Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta dan Privy menyelenggarakan peluncuran buku dan talk show “Keamanan Siber Bank” (Selasa, 30/07/24). Acara tersebut diselenggarakan di Auditorium Lt.4 Kampus FBE UAJY.

Hadir selaku narasumber Roberto Akyuwen (Kepala OJK DKI Jakarta dan Banten) sekaligus penulis buku “Keamanan Siber Bank”. Selanjutnya Rony Tanrim (VP Business Development PT Privy Identitas Digital / Privy) hadir selaku pembahas. Moderator dan pemantik diskusi Djoko Budiharto SHR (Guru Besar FTI UAJY). W. Mahestu Noviandra Krisjanti (Dekan FBE UAJY). Anggito Abimanyu (Ketua Bidang I Pengurus Pusat ISEI), Santoso Rochmad (Dirut Bank BPD DIY), Rudy Badrudin (Wakil Ketua ISEI Cabang Yogyakarta) dan Wulfram Margono (Ketua Perbarindo DIY).
“Sejalan dengan perkembangan teknologi digital maka pelayanan jasa perbankan juga berkembang pesat”, ungap Mahestu dalam sambutan pembuka. Menurut Mahestu, pelayanan jasa perbankan saat ini semakin mudah dan cepat. Di sisi lain juga memungkinkan timbulnya masalah keamanan yang terkait digitalisasi pelayanan jasa perbankan. Berkaiatn dengan hal tersebut, Mahestu yakin perbankan telah mengantisipasi kemungkinan yang dapat merugikan nasabah.
“Kejahatan siber di industri perbankan tak pernah mengenal hambatan”, tegas Anggito dalam sambutan pengantar diskusi. Menurut Anggito, bisa diibaratkan seperti penyakit kanker yang dengan mudah menyerang organ tubuh manusia. Berkaitan dengan hal tersebut maka harus tetap waspada terhadap kejahatan siber.
Menurut buku “Keamanan Siber Bank” karya Roberto Akyuwen, kejahatan siber tidak hanya terjadi di sektor keuangan, melainkan data perusahaan hingga harta pribadi.“Generasi muda yang melek digital, jangan merasa sudah aman”, tegas Anggito. Keamanan itu harus dimulai dari diri kita sendiri dan mengetahui keamanan siber yang harus dimitigasi dengan baik, jelas Anggito yang juga Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis Sekolah Vokasi UGM ini.
“Industri perbankan Indonesia mendapatkan belasan juta serangan siber per bulan”, jelas Roberto Akyuwen. Menurut Roberto, ancamannya juga terus berevolusi dengan motif yang sangat beragam. Strategi keamanan siber perbankan harus dijalankan untuk melindungi aset penting. Untuk itu, sektor perbankan harus melakukan pendekatan keamanan siber yang tepat dengan memperhatikan sejumlah hal. Mulai dari strategi, tata kelola, manajemen risiko, dan budaya keamanan siber.
“Penting bagi manajemen perbankan untuk mengalokasikan sumber daya manusia (SDM) yang memadai guna menjaga keamanan siber organisasi atau perusahaannya”, jelas Roberto. Selanjutnya Roberto menegaskan, perbankan perlu mengalokasikan SDM yang memadai, guna menjaga keamanan siber. Kemudian Roberto, mengajak perbankan untuk berkolaborasi dengan cerdas dalam menjaga keamanan siber. Ini juga menjadi penting, mengingat untuk mengatasi serangan siber, tidak bisa dilakukan sendiri.
Selanjutnya Rony menyatakan guna memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan digital, perbankan harus memiliki satu data center (DC) dan disaster recovery center (DRC). “Untuk menangkal serangan siber, industri perbankan harus rajin melakukan mirroring data antara DC dan DRC”, jelas Rony salah satu pimpinan Privy. Jika punya DRC dan sifatnya mirroring, pelaku bank tak perlu ketakutan dari serangan siber. Dengan DRC, kita bisa memitigasi serangan siber,” ujarnya. Lebih jauh Ronny menjelaskan, di tengah perkembangan teknologi yang masif ini, industri keuangan mau tidak mau harus melakukan penyimpanan data yang lebih aman dan efisien.
Sebelum acara talk show diserahkan buku “Keamanan Siber Bank” kepada perwakilan peserta baik dari Akademisi, Perbankan, Perbarindo, dan ISEI Cabang Yogyakarta. “Materi talk show tentang keamanan siber bank ini sangat bermanfaat bagi kalangan perbankan”, ungkap Santoso Rochmad. Pendapat Santoso tersebut didukung oleh Rudy Badrudin, dimana akademisi sebagai nasabah bank harus juga memahami terkait keamanan siber bank.