Trump Naikkan Tarif Impor Film Asing, Ganggu Keseimbangan Distribusi

oleh -25 Dilihat
Pakar Film UMY, Dhimas Aryo Vipha Ananda MSn.(Foto: istimewa)

JOGJA, bisnisjogja.id – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana menerapkan tarif impor sebesar 100 persen pada film asing. Ini menimbulkan kekhawatiran serius di dunia perfilman internasional.

Kebijakan proteksionis tersebut dapat mengganggu rantai distribusi global yang selama ini menjadi fondasi industri film lintas negara.

Pakar Film Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dhimas Aryo Vipha Ananda MSn menyayangkan rencana Trump karena berpotensi menciptakan ketidakpastian besar dalam industri hiburan global.

Ia menilai tarif sebesar itu akan menaikkan biaya produksi dan distribusi, mempersempit pasar, serta berpotensi membuat harga tiket tontonan ikut naik.

Meskipun dasar hukumnya belum jelas, isu itu cukup menimbulkan keresahan di kalangan pelaku industri. Ekosistem perfilman kini dibangun atas kolaborasi lintas negara, sehingga satu kebijakan sepihak dapat mengacaukan keseimbangan distribusi film internasional yang sudah mapan.

Tidak Stabil

Menurut Dhimas, meskipun dampak langsung terhadap Indonesia tidak signifikan, kebijakan proteksionis tersebut bisa memicu efek domino global, terutama dari negara-negara produsen film besar seperti Inggris, Korea Selatan, dan Jepang.

”Jika negara-negara tersebut mengambil langkah serupa, peredaran film internasional akan terganggu dan pasar menjadi tidak stabil,” ujarnya.

Kendati demikian, ia melihat adanya peluang bagi industri film nasional. Jika arus film impor melambat, ruang tayang di bioskop dan platform digital otomatis terbuka lebih luas bagi film lokal.

Hal ini bisa menjadi momentum bagi sineas Indonesia untuk memperkuat kapasitas produksi, distribusi, sekaligus promosi.

”Jika hanya retorika politik, dampaknya tidak akan signifikan. Dunia perfilman terlalu besar dan kompleks untuk dibatasi oleh satu kebijakan sepihak. Tapi jika benar-benar diterapkan dan dibalas oleh negara lain, maka tatanan industri hiburan global bisa berubah drastis,” papar Dhimas.

Ia menyarankan Indonesia perlu menyiapkan langkah strategis. Industri film nasional harus memperbanyak produksi dengan tema-tema yang dekat dengan masyarakat.

Selain itu, memperkuat kolaborasi antarnegara ASEAN agar lahir film berstandar internasional namun berakar pada budaya regional, serta mengoptimalkan distribusi digital agar tidak bergantung pada rilis bioskop.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.