Pekerjaan Rumah Pariwisata Jogja dari Kemacetan hingga Promosi Online

oleh -55 Dilihat
TERBATAS: Narasumber diskusi terbatas ''Mendorong Perkembangan Pariwisata DIY''.(Foto: istimewa)

JOGJA, bisnisjogja.id – Sejumlah pekerjaan rumah bidang pariwisata harus segera dibenahi. Ada kemacetan, parkir liar, kesemrawutan dan scam di sejumlah destinasi. Begitu pula wisata ramah Muslim yang juga perlu mendapat perhatian.

Hal itu terungkap pada diskusi terbatas bertajuk ”Mendorong Perkembangan Pariwisata DIY” di Hotel Novotel Suit, Yogyakarta. Diskusi merupakan kerja sama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) DIY bersama ISEI Cabang Yogyakarta dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DIY.

Hadir dalam acara terebut antara lain Kepala Perwakilan BI DIY, Sri Darmadi Sudibyo, Ketua MES DIY, Edy Suadi Hamid dan Wakil Ketua Bidang Akademik ISEI Cabang Yogyakarta, Gumilang Aryo Sahadewo. Moderator, Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY, Y Sri Susilo.

Hadir 15 peserta yang mewakili KPwBI DIY, ISEI Cabang Yogyakarta dan MES DIY. Pendapat dan masukan telah disampaikan Deputi Kepala BI DIY Hermanto, Budiarto Setyawan dari MES DIY dan Rudy Badrudin dari ISEI Cabang Yogyakarta selaku Wakil Ketua Bidang Non-Akademik, Dian Ariani selaku Bendahara dan Dorothea Wahyu Ariani selaku Koordinator Bidang Rangers.

Kelas Dunia

Hermanto mengungkapkan alah satu dari tujuan pengembangan pariwisata DIY ke depan yakni menjadikan destinasi wisata berkelas dunia.

”Karena itu, menurut saya harus ada kerangka kebijakan yang menyatukan budaya, inovasi, kreativitas, teknologi, SDM berkelas dunia, bernilai ekonomi, keberlanjutan, dan kolaborasi,” ujar Hermanto.

Ia memberi masukan, pengunaan teknologi digital menjadi kebutuhan, karena para wisatawan ke depan adalah generasi yang digital native. Ia berharap Pemda DIY dan pemangku kepentingan mengoptimalkan peran influencer, konten kreator, dan platform digital sebagai bagian ekosistem promosi.

Budiharto memaparkan, pariwisata DIY memberikan sumbangan yang cukup signifikan dalam pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut tercermin dari besarnya sumbangan lapangan usaha yang terkait dengan pariwisata, antara lain akomodasi, makanan dan minuman, transportasi, dan industri pengolahan.

”Dalam rangka mengembangkan quality tourism yang inklusif penting dan perlu implementasi pariwisata ramah Muslim,” ujarnya.

Menurut Budiharto, sesuai Pedoman Menparekraf Tahun 2024, layanan dasar ”Pariwisata Ramah Muslim” meliputi penyediaan makanan dan minuman halal, penyediaan sarana ibadah yang bersih dan penyediaan fasilitas sanitasi yang bersih dan memadai.

”Untuk memberikan informasi tersedianya layanan dasar pariwisata ramah Muslim di suatu kawasan wisata, sebenarnya dapat diintegrasikan melalui aplikasi Visiting Jogja,” jelas Budiharto.

Dorong Perkembangan

Selanjutnya Rudy Badrudin menyampaikan empat pokok pikiran untuk mendorong perkembangan pariwisata DIY. Pokok-pokok pikiran tersebut, peningkatan kualitas dan kreativitas untuk diversifikasi produk wisata yang meliputi wisata budaya, alam, edukasi, dan olahraga.

Berikutnya peningkatan infrastruktur yang terkoneksi antardestinasi wisata dan ramah lingkungan seperti tranportasi bis listrik. Peningkatan kualitas website Visiting Jogja, menambah link dengan komunitas wisata yang sudah terdaftar di Dinas Pariwisata DIY.

Terakhir, pengurangan dampak pariwisata yang terkait dengan lingkungan hidup misalnya sampah dan lingkungan sosial seperti kemacetan di ruas-ruas jalan tertentu.

”DIY berperan strategis sebagai pusat budaya, pendidikan dan wisata dengan dukungan konservasi budaya dan peningkatan pemberdayaan ekonomi”, ungkap Dian Ariani (ISEI Cabang Yogyakarta).

Menurut Dian, untuk mendukung hal tersebut industri perbankan perlu meningkatkan digitalisasi layanan keuangan, melalui QRIS. Kecuali itu, membantu pembiayaan UMKM (KUR dan PEDE) dan pembiayaan infrastruktur pendukung Desa Wisata.

Berikutnya, mendukung sport tourism melalui kegiatan seperti Malioboro Run serta mendukung gerakan ekonomi hijau dengan green tourism/cultural tourism. Demikian empat usulan Dian Ariani yang juga Direktur Kepatuhan Bank BPD DIY.

Manajemen Transportasi

”Infrastruktur khususnya jalan dan manajemen lalu lintas yang baik menjadi faktor kunci perkembangan pariwisata DIY,” ujar Dorothea Wahyu Ariani.

Menurutnya, lalu lintas yang semrawut dan macet menjadi demarketing bagi pariwisata. Pemda DIY bersama pemangku kepentingan perlu melakukan manajemem dan rekayasa lalu lintas yang serius dan nyata agar tujuan wisata tercapai.

Sebagai contoh, lalu lintas Kota Yogyakarta masih belum lancar dan nyaman serta sering macet pada masa liburan.

”Jika hal tersebut tidak ada solusi, kemacetan lebih parah dipastikan terjadi setelah jalan tol dari arah Semarang, Solo dan Bandara YIA terkoneksi dengan Kota Yogyakarta,” papar Guru Besar FE UMB Yogyakarta tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.