Industri Keju Yogyakarta Layak Go International

oleh -55 Dilihat
Owner Mazaraat Cheese/PT Mazaraat Lokanatura Indonesia, Jamie Najmi Misnah.(Foto: Y Sri Susilo)

JOGJA, bisnisjogja.id – Kamar Dagang dan Industri DIY, Bersama Dinas Koperasi dan UKM DIY menggelar diskusi informal terbatas dengan topik ”Ekosistem Industri Keju (Cheese)”. Diskusi berlangsun di Poenokawan Cafe, Jalan KH Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Selaku narasumber untuk pemicu diskusi adalah Jamie Najmi Misnah (owner Mazaraat Cheese/PT Mazaraat Lokanatura Indonesia). Peserta aktif diskusi antara lain Robby Kusumaharta (Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Kemahasiswaan Kadin DIY), Srie Nurkyatsiwi (Kepala Diskop dan UKM) dan Tazbir Abdullah (Penasehat Kadin DIY).

Hadir juga fungsionaris Kadin DIY yaitu Rahadi Abra, Eddy Purjanto, Agus Imon dan Y Sri Susilo. Dari Diskop dan UKM DIY hadir Agus Mulyono dan Wisnu Hermawan.

”Keju tak hanya lezat secara cita rasa, tetapi juga kaya nutrisi termasuk protein, kalsium, dan vitamin B12,” jelas Jamie.

Menurut Jamie, seperti produk fermentasi pada umumnya, keju kaya akan probiotik yang berguna bagi kesehatan sistem pencernaan manusia.

Fermentasi

Seperti diketahui, selain konsumsi keju, yogurt, dan sauerkraut sebagai contoh hasil fermentasi juga dinyatakan dapat membantu menjaga berat badan, serta punya potensi mengurangi resiko diabetes, kanker selain dari penyakit kardiovaskular.

”Usaha Mazaraat Cheese saya rintis bersama istri sejak tahun 2011,” jelas Jamie.

Awalnya produksi dilakukan Rotowijayan, Kadipaten, Kraton, Yogyakarta. Sejalan dengan peningkatan kapasitas produksi dan agar lebih dengan dengan peternak sapi perah maka lokasi produksi pindah di Wukirsari, Cangkringan, Sleman.

SOLUSI: Peserta diskusi dengan pelaku usaha membedah berbagai persoalan dan solusi mengatasinya.(Foto: istimewa)

”Pasar produk kami adalah hotel dan restoran bintang lima yang berlokasi di Bali, Jakarta, Surabaya dan kota besar lainnya,” ungkap Jamie.

Menurutnya, produk keju murni merupakan produk yang relatif tidak awet sehingga tidak dapat diperdagangkan antar benua. Berkaitan dengan hal tersebut produk Mazaraat Cheese sudah dirintis untuk pasar di Singapura serta negara ASEAN lainnya.

”Perusahaan kami tidak hanya mengambil susu dari peternak sapi perah namun juga ikut terlibat dalam pendampingan,” jelas Jamie.

Dengan demikian terjadi simbiosis mutualisme yang benar-benar nyata. Selanjutnya juga dibentuk koperasi multi pihak ”Mazaraat Dairy Ecosystem”.

Koperasi

Jamie mengungkapkan, ”Mazaraat Dairy Ecosystem” adalah konsep koperasi multi-stakeholder yang bertujuan membangun rantai ekosistem produk susu yang berkelanjutan dan transparan, dengan fokus pada produksi keju artisan organik.

Ini melibatkan petani lokal yang memelihara hewan ternak secara organik, perajin keju yang membuat produk dengan tangan, dan konsumen yang mendukung produk lokal dan berkelanjutan.

Hasil dari diskusi informal terbatas tersebut, diperoleh catatan sebagai berikut. Pertama, produk Mazaraat Cheese sudah memenuhi kualitas global dan layak untuk ”go internasional”.

Kedua, usaha keju harus didukung oleh ekosistem yang melibatkan multi pihak seperi produsen keju, peternak susu sapi perah, produsen pakan hijauan dan nonhijauan, pemasok bibit sapi dan pihak terkait lainnya. Jika ekosistem sudah terbentuk maka pembentukan koperasi multi pihak menjadi sangat relevan.

Ketiga, DIY mempunyai potensi untuk dikembangkan peternakan susu sapi perah. Kendala saat ini ketersediaan lahan yang memenuhi skala ekonomi untuk budidaya tanaman pakan sapi perah.

”Diskusi informal terbatas semacam ini penting untuk memperoleh informasi dunia usaha sekaligus mencoba mencari solusi atas masalah yang timbul,” ungkap Robby Kusumaharta.

Selanjutnya diskusi sejenis akan dilakukan secara rutin dengan melibatkan pemangku kepentingan seperti Pemda DIY, BI DIY, OJK DIY, kampus, asosiasi pengusaha dan perbankan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.