JOGJA, bisnisjogja.id – Industri perhotelan dan kuliner sedang berada dalam situasi yang menarik. Kalangan muda, gen z sudah banyak mewarnai industri tersebut. Ada tegangan dengan generasi sebelumnya bagaimana menanamkan pemahaman tentang hospitalitas kepada generasi yang sejak lahir sudah natural bersama teknologi digital.
Bagaimana menyikapinya? Apa potensi besar gen z yang bisa dioptimalkan?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Enam Mata Co&Solutions menyelenggarakan bincang-bincang interaktif dengan para general manajer hotel dan kuliner di Yogyakarta.
Perbincangan bertopik ”Lead with Heart, Embrace Innovation” (Memimpin dengan Hati, Merangkul Inovasi) menghadirkan tiga pemantik diskusi, Yohanes Sulistiyono Hadi, Nikolaus Katuuk, dan Jimmy Situmeang dengan moderator AA Kunto A.
Direktur Enam Mata Co&Solutions Suraika Pradita mengungkapkan bincang-bincang selain merupakan peluncuran Enam Mata sebagai lembaga learning & development, juga sebagai ruang membangun kebersamaan di kalangan pemimpin-pemimpin perhotelan dan industri kuliner lokal (non-chain).
Forum itu diinisiasi untuk bersama-sama menaikkan kapasitas pribadi dan profesional sehingga merek-merek lokal bisa sampai pada kualifikasi standar industri hospitalitas modern.
Beri Kebebasan
Yohanes Sulistiyono Hadi, seorang eksekutif industri perhotelan yang sekaligus executive trainer Enam Mata, membuka perbincangan dengan menghadirkan seorang gen z, Leo Adrian, untuk bercerita tentang apa yang ada dalam pikiran dan kebiasaan generasinya.
Mahasiswa teknologi kedirgantaraan yang meminati industri hospitalitas tersebut mengisahkan keinginan kerja nyaman tanpa tekanan.
Menanggapi tuturan tersebut, Yohanes berbagi pengalaman bagaimana ia bekerja bersama gen z. Katanya, setiap generasi itu unik. Tak hanya gen z. Karena itu, sebagai pemimpin, ia memilih untuk memahami setiap generasi dengan memasuki kebiasaannya.
Hobi futsal menjadi pintu masuk untuk menyelami isi pikiran dan impian tim mudanya. Di sela-sela bermain ia ajak tim ngobrol hal-hal sepele seputar kehidupan mereka. Dari obrolan ini muncul apa yang mereka inginkan.
”Gen z itu banyak inovasi. Banyak di antara mereka yang sekarang mulai mewarnai industri hospitalitas. Inovasi yang menonjol ada pada pengoptimalan teknologi,” jelasnya.
Baginya, gen z memberi energi baru dalam kreativitas dan kefasihan digitalnya. Hanya saja, mereka perlu bimbingan untuk menguasai kecakapan berbicara di depan publik, kepercayaan diri, dan menavigasi lingkungan bekerjanya.
Dalam industri perhotelan dan kuliner, kecakapan-kecakapan tersebut sangat mempengaruhi kepuasaan tamu melalui kedekatan dan umpan balik positif tamu akan pengalaman berkesan mereka ketika menginap, makan, atau menyelenggarakan acara di hotel dan restoran.
Revolusi Industri
Melanjutkan Yohanes, Nikolaus Katuuk, menyampaikan gagasan ”Digital Trust, Human Touch” sebagai revolusi industri perhotelan dan kuliner. Direktur Sentinel Technology ini sedari awal menekankan pentingnya untuk menempatkan manusia sebagai prioritas.
”Industri hospitalitas dibangun oleh manusia, baik sebagai tamu maupun staf. Karena itu, perlu teknologi untuk mengelola dan melindungi data-data sensitif. Teknologi bisa menjadi sarana membangun kepercayaan,” tandasnya.
Jimmy Situmeang, praktisi e-commerce, membagikan pengalamannya mengelola pemasaran digital untuk hotel dan restoran. Ia menyampaikan teknologi digital pemasaran sudah bergeser. Media sosial sudah menjadi media komersial. Jika tidak beradaptasi, hotel dan kuliner bisa tidak dikenali.
Suraika menambahkan Enam Mata akan secara rutin menyelenggarakan forum berbagi. Beragam topik seputar hospitalitas sudah disiapkan, mulai dari menguasai aspek-aspek finansial hingga mengelola usaha untuk persiapan pensiun bagi para pemimpin industri perhotelan dan kuliner.