,

Kepatuhan ESG dalam Bisnis

oleh -227 Dilihat
Deny Ismanto, S.E., M.M. (Dosen Program Studi Manajemen FEB-UAD/Wakil Sekretaris II ISEI Yogyakarta)

OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan peraturan No: POJK No. 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik. Pemerintah dan masyarakat telah memperhatikan bagaimana bank dan perusahaan keuangan menghadapi tantangan lingkungan, sosial, dan tata kelola atau environmental, social and governance (ESG).

Pimpinan perusahaan sudah berusaha keras memikirkan cara agar bisnis mereka lebih peduli terhadap ESG. Namun, peran kepatuhan dalam memastikan bahwa perusahaan mengikuti aturan ESG masih belum begitu jelas.

Environmental, Social and Governance melibatkan hal-hal besar seperti lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam bisnis. Setelah Konferensi Pihak-Pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2015, banyak negara berjanji untuk menggunakan uang dan sistem keuangan global untuk membantu masalah iklim.

Ini menghasilkan banyak aturan baru yang harus diikuti oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Namun, alasan bisnis juga menjadi faktor penting. Survei tahun 2021 menunjukkan bahwa banyak pelanggan akan berhenti membeli dari perusahaan yang tidak peduli dengan lingkungan, karyawan, atau komunitas di mana mereka beroperasi. Jadi, agar merespons keinginan masyarakat, perusahaan keuangan harus berkomitmen pada ESG.

Ini berarti mereka harus mempertimbangkan ESG di hampir semua bagian bisnis mereka dan secara teratur memberitahu orang tentang kemajuan mereka. Meskipun banyak pemimpin perusahaan telah memikirkan cara meningkatkan ESG, seringkali, peran kepatuhan dalam memastikan perusahaan mengikuti aturan diabaikan. Mengapa ini terjadi, dan apakah ini masuk akal?

Tantangan Besar 

Peran kepatuhan dalam ESG sangat penting, terutama menghadapi tantangan utama seperti pertama, aturan yang semakin banyak dan rumit: aturan baru tentang ESG muncul dengan cepat, sulit untuk mengikuti semuanya. Banyak orang yang disurvei tahun 2021 mengatakan bahwa kurangnya aturan yang jelas dan kompleksitas aturan adalah hal utama yang membuat sulit untuk memajukan ESG.

Kedua, aasalah dalam hal sosial dan tata kelola. Masalah sosial dan tata kelola juga penting, dan aturannya bisa berbeda di berbagai negara. Ketiga, aturan yang berbeda-beda: setiap negara memiliki aturan ESG yang berbeda, membingungkan bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di banyak negara. Keempat, susahnya menerapkan aturan. Aturan ESG memengaruhi hampir semua bagian bisnis. Memprioritaskan dan mengelola risiko ESG membutuhkan kerja sama yang luas di seluruh perusahaan.

Selain aturan-aturan wajib, banyak perusahaan juga membuat janji sukarela. Namun, karena tekanan dari pemerintah untuk memberitahu orang tentang kemajuan mereka dan untuk mencegah praktik penipuan hijau (greenwashing), peran kepatuhan semakin penting.

Peran dan Manfaat

Meskipun kepatuhan bukan pemilik program ESG, mereka sudah memiliki pengalaman dalam mengikuti aturan di banyak negara. Kepatuhan bisa membantu perusahaan dalam memilih strategi untuk mengatasi risiko dan menghilangkan risiko yang bisa menyebabkan kerugian finansial dan reputasi. Ini penting bagi kepatuhan untuk terlibat sekarang.

Aturan semakin ketat, jadi mengelola risiko dan reputasi akan menjadi semakin penting. Mengajak kepatuhan untuk ikut serta dalam pembicaraan tentang ESG adalah langkah yang baik. Dengan pengalaman mereka dalam mengelola risiko dan kemampuan mereka dalam memahami aturan yang rumit, kepatuhan bisa menjadi mitra yang baik bagi perusahaan keuangan dalam mencapai tujuan ESG mereka.

Kepatuhan terhadap prinsip ESG dalam bisnis menjadi semakin penting di era sekarang, baik bagi perusahaan lokal maupun multinasional. Kepatuhan ESG tidak hanya membantu perusahaan memenuhi regulasi, tetapi juga dapat meningkatkan reputasi, mengurangi risiko, dan menarik investasi.

Berikut adalah beberapa manfaat utama ESG yakni pertama, Reputasi dan Brand Image, meningkatkan reputasi dan citra perusahaan di mata publik dan investor. Kedua, Akses ke Modal, menarik investasi dari investor yang fokus pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.

Berikutnya, Pengelolaan Risiko, mengurangi risiko terkait lingkungan, sosial, dan tata kelola yang dapat mempengaruhi operasional dan finansial perusahaan. Terakhir, Kinerja Keuangan, studi menunjukkan bahwa perusahaan yang mengimplementasikan prinsip ESG cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dalam jangka panjang.

Penulis, Deny Ismanto SE MM, Dosen Program Studi Manajemen FEB-UAD/Wakil Sekretaris II ISEI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.