,

Menikmati Teh Kulit Salak sembari Ngemil Kripik dan Dodol

oleh -332 Dilihat
Ilustrasi pengolahan buah salak Desa Hargobinangun, Sleman.(Foto: istimewa)

SLEMAN, bisnisjogja.id – Harga buah salak saat musim panen tiba bisa sangat rendah. Pernah dalam satu musim panen, harga salak Rp 2.500 per kilogram.

Ini kadang-kadang membuat petani salak daerah Pakem, Sleman, merasa masygul. Mereka tak bisa berbuat banyak dan tetap harus menjual hasil panen.

Melihat kondisi itu, mahasiswa Kelompok Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berusaha memberi solusi. Mereka membantu mengolah salak menjadi berbagai bentuk olahan.

Potensi Lokal

”Mahasiswa membantu meningkatkan potensi warga lokal mengembangkan inovasi produk olahan buah salak,” ungkap Kepala Divisi Pengabdian Mahasiswa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) UMY, Dr Aris Slamet Widodo.

Program tersebut fokus pada pemanfaatan potensi lokal dari olahan buah salak. Kelompok PPK Ormawa UMY memperoleh pendanaan Kemdikbudristek sebesar Rp 35 juta rupiah. Mereka mengusung tema ”Akselerasi Ekonomi Masyarakat Prasejahtera Melalui Inovasi Olahan Salak untuk Mewujudkan Villagepreneur Desa Hargobinangun”.

Mahasiswa mencoba inovasi selai salak untuk isian bakpia, minuman imitasi kopi berbahan dasar biji salak yang kaya antioksidan dan kolagen (ASCOF). Selain itu, minuman imitasi teh dari kulit salak (ASTEA). Seluruh buah salah mereka manfaatkan.

Nilai Ekonomis

”Ada kebun salak terbengkalai karena harga buahnya sangat rendah. Kami berusaha membantu agar komoditas salak tidak mati,” imbuh Ketua Kelompok PPK Ormawa UMY, Dzaffrin Al Ghifary.

Sebelumnya, warga Hargobinangun sudah memiliki produk olahan buah salak yaitu dodol dan keripik salak. Mahasiswa berusaha menambah produk olahan baru dan meningkatkan produk lama.

Kecuali menambah produk olahan, warga setempat juga mendapat hibah alat kebutuhan produksi olahan buah salak yang menjadi pendukung kegiatan. Kelompok KKN akan membuatkan izin produk dan pendaftran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.