Pemerintah Kota Yogyakarta mencegah malnutrisi, khususnya stunting. Wali Kota Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa 70 persen faktor penyebab stunting berasal dari lingkungan atau faktor sensitif, sedangkan 30 persen pengaruh nutrisi. Pemerintah mengedepankan kebijakan zero new stunting atau mencegah dari awal.
JOGJA, bisnisjogja.id – Universitas Atma Jaya Yogyakarta akhirnya memiliki Fakultas Kedokteran setelah menunggu beberapa waktu. Pada peluncurannya, FK menggelar diskusi dengan narasumber utama Wali Kota Yogyakarta Dr (HC) dr Hasto Wardoyo SpOG.
Kegiatan bertajuk podcast spesial bertema ”Peran Dokter Masa Depan dalam Mewujudkan Generasi Sehat dan Cerdas” berlangsung di Auditorium Kampus II, Gedung Thomas Aquinas.
Tampak hadir, Rektor UAJY, Dr G Sri Nurhartanto SH LLM, Dekan FK UAJY, Dr dr FX Wikan Indrarto SpA, serta narasumber dari Rumah Sakit Panti Rapih, dr Luh Putu Swastiyani Purnami SpPD AIFO-K.
Wikan mengungkapkan, malnutrisi merupakan sebuah tantangan besar di Indonesia, bentuknya bisa stunting, wasting, maupun obesitas.
Sebagai bentuk respon terhadap tantangan tersebut, UAJY terus menunjukkan komitmen akan visi dan positioning FK yang berfokus pada pendekatan preventif terhadap masalah gizi masyarakat. Karena itu, penting peran dokter dalam pencegahan malnutrisi.
”Kami mengucap syukur karena dr Hasto dan dr Luh sudah berkenan hadir untuk membantu kami mewujudkan visi mencetak para dokter yang unggul, inklusif, humanis dan berintegritas serta mampu memberikan layanan kesehatan dan medis yang baik dan berfokus pada malnutrisi,” papar Wikan.
Harapannya diskusi tersebut dapat mencerahkan semua pihak agar dapat membantu melahirkan para dokter-dokter dan alumni UAJY menjadi generasi emas di masa depan.
Cegah Malnutrisi
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menegaskan komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta mencegah malnutrisi, khususnya stunting. Ia menjelaskan bahwa 70 persen faktor penyebab stunting berasal dari lingkungan atau faktor sensitif, sedangkan 30 persen pengaruh nutrisi.
”Khusus stunting, kita harus mengedepankan kebijakan zero new stunting atau mencegah dari awal,” tegas Hasto yang juga dokter kandungan.

Stunting, jelasnya, merupakan suboptimal health, suboptimal nutritional, dan suboptimal parenting. Jadi kalau anak memperoleh gizi bagus, tapi kalau mendapat ”pukulan” terus maka tumbuh kembangnya juga akan terganggu. Pemerintah daerah wajib melakukan tindakan preventif mencegah new stunting.
Ia juga memaparkan program-program konkret yang sedang berjalan seperti posyandu digital, pemantauan balita, serta kerja sama lintas sektor. Juga membahas mengenai sasaran intervensi sensitif dan spesifik stunting bagi remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, serta balita.
Pencegahan Dini
Sesi kedua, dr Luh menyampaikan peran gizi dalam pencegahan penyakit sejak dini. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan secara sederhana keterkaitan gizi dengan pencegahan penyakit, baik yang bersifat infeksius maupun noninfeksius.
Luh juga memaparkan beberapa contoh kasus malnutrisi yang menimbulkan dampak jangka panjang terhadap organ tubuh dan sistem imun.
”Kami ajak masyarakat memahami pentingnya pemenuhan gizi seimbang sejak bayi hingga dewasa, serta peran deteksi dini malnutrisi dalam menjaga kualitas kesehatan,” tandasnya.
Selain itu, ia menekankan bahwa gaya hidup sehat dan nutrisi merupakan pilar utama kesehatan, yang mencakup pola makan, olahraga, dan pengaruh budaya.
Kampus menegaskan komitmennya untuk berperan aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pendekatan preventif dalam masalah gizi. Kehadiran Wali Kota Yogyakarta menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan tenaga medis dalam membangun kesehatan bangsa.





